Senin, 14 September 2009

KEMERIAHAN FESTIVAL BONEKA DI JEPANG UNTUK ANAK PEREMPUAN


Hina Matsuri atau festival boneka yang selalu diadakan tiap tanggal 3 Maret ini, dikhususkan untuk merayakan anak perempuan. Festival boneka ini bukan sembarang perayaan, karena ada tata cara adat istiadatnya. Hina Matsuri disebut juga Momo Momo Sekku yang berarti festival bunga persik yang melambangkan kebahagiaan, ketenangan, kebangsawanan, dan kewanitaan. Hina berarti boneka pada jaman kuno, sedangkan Matsuri berarti perayaan atau festival. Festivalini diadakan agar anak-anak perempuan terhindar dari mala petaka.
Menurut sejarah, festival boneka telah dilakukan oleh orang China kuno, lalu dibawa ke Jepang pada masa Heian (749-1192). Pada perayaan ini, setiap keluarga di Jepang membuat boneka satu set yang berpakaian macam-macam. Satu set boneka berjumlah 15 dan ada yang berpakaian seragam jaman Jepang kuno. Boneka-boneka itu diletakkan berjejer di atas susunan 7 rak, di sebuah rumah-rumah kecil yang berhias. Pada rak pertama atau paling atas beralaskan permadani merah tua, duduklah para boneka dengan sosok kaisar berseragam kuno, yang berarti penghormatan pada pemimpin. Rak ke 2 untuk menteri, rak ke 3 wanita dan terakhir 5 musisi. Rak rak selanjutnya adalah satu set perlengkapan upacara minum teh, alat musik, tandu, lentera dan perabot rumah tangga.
Pembuatan boneka dilakukan jauh sebelum perayaan dimulai, dan dipajang pada akhir bulan Februari. Boneka-boneka itu dianggap sebagai lambang masyarakat yang menghormati para leluhur, kecintaan anak-anak pada orang tua. Untuk perayaan ini banyak orang yang kurang mampu menjual harta bendanya, hanya sekedar membuat boneka, lho.
Setelah tanggal 3 maret, boneka itu harus segera di buang ke sungai terdekat dengan perahu kecil, agar terhindar dari penyakit dan kesialan.
Hina Matsuri yang dianggap pesta untuk anak perempuan, sebab merekalah yang menyajikan hidangan makanan untuk para boneka. Adapun hidangan yang mereka sajikan adalah kue hishi mochi yang terbuat dari beras, osekihan dari beras ketan dan kacang merah, permen, dan minuman shirozake. Anak-anak itu seperti kalian yang bermain boneka-bonekaan,kok. Mereka pulalah yang membuat rumah-rumahan, dan menghias para boneka. Makanya, setiap perayaan ini anak-anak di Jepang paling senang.
Ahu nggak, ternyata para ahli sejarah di Jepang sangat sulit menghubungkan arti perayaan festival boneka dari sejak jaman Heien (794-1192), ke Meiji (1868-1912), hingga masa Edo (1603-1867). Siapakah yang memulai menganggap boneka-boneka itu sebagai mainan, barang keramat atau jimat, dan pajangan saja? Wah!
Pada 1927, Amerika mengirim 13.000 boneka ke Jepang pada perayaan Hina Matsuri. Boneka-boneka itu dipajang bersama, sebagai simbol persahabatan Amerika dan Jepang. Festival boneka ini juga pernah dibuat filmnya yang berjudul ‘Yume’ pada 1990. film tersebut menceritakan kisah seorang anak laki-laki dan saudara perempuannya. Keluarga mereka memiliki kebun bunga persik dan jatuh bangkrut.
Adat istiadat Jepang memang banyak, hampir setiap bulan mereka menggelar perayaan keagamaan. Kegiatan itu selallu menarik wisatawan mancanegara, karena sangat tradisional. Orang Jepang memang sangat modern, tapi tetap mempertahankan budaya leluhur,lho.